23 Jul 2011

Sukawati

Kita ke Sukawati
Seru berburu cenderamata
Supaya
             Laut
             Ombak
             Pantai 
Bersama nasi campur
Dan Ayam Betutu
Awet tersimpan
Dalam kenangan
Waktu 

Nanti sesudah pulang
Setiap kali terjaga
Subuh hari sebelum
Berkemas kerja
Semoga masih ada
Sisa-sisa ombak dan laut
Berdebur di pojok
Kamar
           Masih ada Wayan
Menunggu di teras hotel
Dengan sesobek karcis
Masuk gerbang Uluwatu

Jadi kita ke pura dulu
              Setiap pagi
Menyalami sahabat kera
Menyerahkan sukma keramat
Selaku sajen sebelum       
Bunuh diri beramai
Terjun ke
                Jalan-jalan
                Ibu negeri

Ringan dan meriah
Seperti lelucon di Joger

18 Jul 2011

Hotel

Inilah liang sembunyi
Yang lama kita
Buru dan impikan
Dalam kembara waktu
Di jalan-jalan dunia
Yang durhaka
       Kita bisa sebentar
Istirah melupakan nama
Dan asal-usul
Bumi yang ruwet
Mungkin seraya
Melepas kutuk
       Ke seberang ufuk
Yang sepanjang musim
Mendera kita dengan
Warna-warni
Semu

        Jika jemu bercumbu
Bukalah jendela
Itu sedikit olehmu
Di kebun yang teduh
Saksikan hari berlabuh
Serupa kapal Nuh
Melepas sauh
Menurunkan muatannya
       Kau dan aku
Di pinggir kolam
Dangkal yang airnya
Mengalir kembali
Ke sumber

Dengan 50 dolar semalam
(Sudah termasuk
Pajak dan sarapan)
Kita dapatkan akhirnya
Surga kecil
Ini
     Tapi sebelum mulai
Tanggalkan dulu seragam
Buruk yang menodai
Luka-lukamu itu

15 Jul 2011

Tanah Lot

Kata dongeng
(Yang separuh kami percaya)
Ular suci ini jelmaan
Gaib selempang  padri saleh
Pengawal dewa laut

Sungguh
Ia tak serupa
Ular beludak yang
Pernah berkunjung
Dalam impian
Malam kami
Ia tak membujuk
Atau menawari kami
Bebuah manis
Penuh bisa
Ia hanya diam
             Mendekam 
       Mungkin jemu
Menonton kami
Orang-orang kasar
Dari kota-kota kasar
Mendatanginya
Menatapnya
                Sedikit
                Hambar

                          Tapi
Kata dongeng
(Yang separuhnya kami setujui)
Ditaruh ular itu di sana
Memanglah guna menjaga kita
     Manusia
         Turunan kasar
Dewa-dewa kahyangan

11 Jul 2011

Kintamani

Kami tiba
Lewat tengah hari
Di Kintamani
Seperti dalam
Skedul perjalanan
Yang dirancang
Sejak mula
Cuaca
          Sungguh bagus

          Danau     biru
          Gunung   biru
Tersaji  
           Utuh

(Adakah bijak
Menambahkan sesuatu
Pada ini lanskap
Kelewat sempurna?)

Pemandu kami
Menunjuk jauh
Ke seberang danau
      Nun di sana
      Orang-orang Trunyan
Bertahan dalam kemurnian
Alam dan samadi

Semua ada
Seperti rencana

           Danau     biru
           Gunung   biru
           Matahari  tembaga

(Tapi, jika cuaca berkabut
Katamu kepada pemandu
Sunyi akan terlebih lengkap)

Di Kintamani

7 Jul 2011

Kuta

Kuta punya hati
Saya punya rindu
Pada suatu hari Selasa
Ketika surya tembaga
Kami pun bertemu
Dalam kebisuan
Bahasa ufuk

Kami biarkan
Laut memuntahkan
Ombak-ombaknya
Melukis pantai
Dengan debur
Dengan desir
Yang lama hilang

Kami adalah
Sepasang kembaran
Lama terpaut
Jarak dan maut
Tapi pada suatu Selasa
Ketika rindu tembaga
Kami pun berjumpa

Kami pasrahkan
Langit merendah
Dan laut yang pemurah
Tumpah ruah
Dalam bahasa sunyi
Sajak-sajak rahasia
Antara kami

6 Jul 2011

Tanjung Benoa

Di  Tanjung Benoa
Di perairan
           Yang jinak arusnya
Untuk pertama kali
Dalam hidupnya
Ia naik perahu motor
Mengarungi biru lautan
Dalam kenyataan

Ombak nakal
Yang agaknya mengerti
Menggodanya dengan
Hempasan lunak pada
            Ringkih tubuh perahu
Itu pun sudah cukup
Membuatnya ngeri
Dan teramat paham apa
Artinya karam

Di Tanjung Benoa
Di perairan
            Yang jinak ombaknya
Untuk pertama kali
Dalam hidupnya yang datar
Penyair itu menyewa perahu
Mengarungi biru samudra
Bukan dalam sajak

5 Jul 2011

Uluwatu

                    Di Uluwatu
Saya bertanya pada kera
Yang menjaga pura

Saya bertanya
Pada kera
Adakah ia bahagia
Atau saya salah menduga?

Tapi kera
Kera di Uluwatu
Tak menyahut sapaanku
Maka saya pergi
Lalu berhenti pada
        Undakan
               Waktu
                    Paling
                        Tinggi
Menyalami gerbang pura
Keramat yang terlarang
Bagi pendatang
Asing semacam saya
Yang masih juga
Dungu bertanya
           Asal-usul bahagia

Kepada seekor kera
Di Uluwatu